Akan kembali kami diskusikan masalah ini nanti pada tempatnya. Tapi yang pasti bahwa seandainya hal itu terjadi tentu Rasulullah tidak perlu merasa amat ketakutan seperti yang telah digambarkan. Kemudian dikatakan bahwa "Muhammad sejenak tertegun, mendengarkan dan melayangkan pandangan". Mengenai apa yang didengarkannya telah kita ketahui tetapi apakah gerangan yang dilihatnya? Uraian-uraian seperti ini sangat merugikan Sirah karena telah mengundang lawan-lawan Islam melakukan penafsiran dan interpretasi yang tidak proporsional. Tapi tidak layak dipersalahkan sebelum para penulis tradisional kita dimintai pertanggung-jawabannya, karena mereka menulis tanpa pengecekan, menuangkan pendapat tanpa pertimbangan dan menyimpulkan tanpa penelitian. Selayaknyalah mengandalkan riwayat Bukhari yang asli tanpa diperlukan penambahan sesuatu yang tidak benar dan tidak sesuai dengan pengalaman Nabi kita yang kebangkitannya telah merubah jalannya sejarah umat manusia. Di antara riwayat yang merugikan itu adalah formulasi dalam al-Sirah al-Halabiyah karya seorang yang bernama pemimpin Adil Sulaiman al-Timy yang menyebutkan bahwa “ketika Muhammad menceritakan kejadian yang dialaminya, Khadijah segera berangkat ke Syam...”. Tidak masuk akal tentunya kepergian ke Syam dalam kondisi seperti ini. Riwayat demikian banyak mendatangkan persoalan yang tidak akan selesai, karena telah dieksploitasi oleh para orientalis yang penuh dengki seumpama Alois Sprenger dan Henri Lamnes untuk menarik kesimpulan bahwa Muhammad memperoleh pengajaran dari pendeta "Bahira" dalam ajaranajaran yang dibawanya. Kata Bahira bukanlah nama melainkan kata sifat yang berarti pandai, cendekia dan pakar. Padahal semenjak kejadian gua Hira, Rasulullah tidak pernah bertemu dengan seorang pendeta 56
قراءة وعرض للسيرة النبوية من مصادر متنوعة، تشمل الإسلامي والغربي الكافر، يتناول جوانب اجتماعية تفرد بها عن بقية السير، وإن غلب عليه الاختصار في الأحداث والتعريض في بعضها، أغلب المعلومات التي قرأتها فيه من السيرة مألوفة ولكن أعجبتني الأضواء الجديدة التي ألقاها المؤلف رحمه الله على بعض الأحداث والمواقف.
Semua itu adalah mu'jizat yang dianugerahkan Allah kepadanya saat sedang menjalani cobaan paling berat, seakan-akan Allah berfirman kepadanya "Wahai Muhammad, mereka mendustakan dan melawanmu karena mereka tidak mengetahui derajat kemuliaanmu di sisi-Ku dan keistimewaan yang engkau miliki melebihi segenap Nabi dan Rasul bahkan melebihi segenap umat manusia". Kisah isra'-mi'raj kelak akan sangat berpengaruh dalam kesusastraan Arab dan Eropa. Ia akan berkembang menjadi rangkaian cerita yang memukau dan bernilai kreatifitas tinggi dengan keajaiban dan imajinasinya yang tidak pernah terputus. Suatu cerita dalam bentuknya yang remaining telah diterjemahkan kedalam pelbagai bahasa Eropa yang pengaruhnya dapat dilihat pada Divina Commedia karya Dante. Hal itu adalah pertanda nasib Islam yang baik, karena para pemuda yang tumbuh dalam didikan Rasulullah dan yang direkrut untuk mampu menghadapi segala macam tantangan dan cobaan dengan kesiapan berjuang tanpa pamrih, telah mampu menjadi pilar-pilar dakwah yang memimpin bangsa-bangsa di bawah bendera Islam. Jika Rasulullah telah berhasil meletakkan dasar-dasar bangunan umat Islam yang kokoh, maka para kadernya itulah yang berhasil mengembangkan dan memperluasnya. Misi pengembangan dan perluasan ekspansi Islam didukung oleh umur mereka yang panjang. Kesimpulan ini adalah bukti bahwa adanya pengikut dan pendukung pertama Rasulullah dari kaula muda bukanlah suatu hal yang kebetulan melainkan strategi dakwah Rasulullah yang berpandangan jauh ke depan. Kita tidak dapat menentukan secara pasti kapan peristiwa isra'-mi'raj terjadi, mungkin setelah Rasulullah kembali dari hijrah ke Thaif, tetapi yang jelas peristiwa tersebut terjadi setelah 19
Kita sudah mengetahui kisah wafatnya Rasulullah. Tetapi karena terlalu ringkas maka perlu kita uraikan di sini sesuai dengan urut-urutannya agar kita dapat membayangkan betapa berat cobaan yang menimpa umat Islam pada hari naas kala itu. Beritanya diriwayatkan dari Ibn Sa'd, penulis catatan Al-Waqidi dan muridnya yang merupakan perawi yang paling dipercaya dalam hal ini. Ia berkata: “diriwayatkan dari Anas ibn Malik berkata: ketika Rasulullah wafat orang-orang menangis dan Umar ibn Al-Khattab bangkit berpidato mengatakan: "Aku tidak ingin mendengar ada yang mengatakan Muhammad telah meninggal. Beliau hanya dipanggil oleh Allah seperti Musa ibn Imran dipanggil-Nya kemudian raib dari kaumnya selama empat puluh malam; demi Allah aku bersumpah akan memotong kaki dan tangan orang-orang yang beranggapan Muhammad telah meninggal” Dari Ikrimah yang berkata: pada hari wafatnya Rasulullah, nabi sallallahu alaihi wasallam names mereka mengatakan bahwa beliau dimi'rajkan rohnya seperti roh Nabi Musa. Umar bangkit berpidato "Sesungguhnya Rasulullah tidak meninggal tetapi rohnya dimi'rajkan seperti roh Nabi Musa; Rasulullah tidak akan wafat hingga seluruh bangsa-bangsa (di dunia) takluk". Lebih lanjut dikatakan bahwa Umar tetap mengulang-ulangi ucapannya hingga bibirnya kering. Kala itu Al-Abbas berkata “tubuh Rasulullah sudah mulai berubah seperti halnya mayat manusia, sesungguhnya Rasulullah telah wafat. Selayaknya dikebumikan, apakah manusia lainnya mati sekali dan beliau mati dua kali? beliau jauh lebih terhormat dari itu. Jikalau anggapan kalian memang benar, tidaklah sulit bagi Allah memerintahkan kepada tanah untuk membangkitkannya kembali. Beliau pergi setelah menjelaskan dengan terang jalan hidup yang benar, batas-batas antara yang halal dan yang haram, urusan nikah-talak (dan sebagainya), pedoman perdamaian dan peperangan. Pengembala kambing yang membawa tuannya pergi melintasi puncak gunung lalu menggalikan kuburan dengan tangannya tidak lebih sayang dari pada kasih sayang Rasulullah terhadap kalian”.
Sirah Nabawiyah ini merupakan tahqiq, kompilasi, dan penyempurnaan yang dilakukan oleh Ibnu Hisyam terhadap kitab Al-Maghâzî dan As-Siyar karya Ibnu Ishaq, namun hasil karyanya ini menjadi lebih terkenal dari buku rujukannya tersebut dan menjadi referensi bagi para penulis sejarah kehidupan Rasulullah g. Para ulama sepakat bahwa information yang dipaparkan dalam kitab ini autentik dan tepercaya.
Di antara mereka terdapat Bilal, Ammar, Khubab, Abdullah ibn Mas'ud dan Amir ibn Fuheira. Dalam Islam, mereka lalu mendapat persamaan kedudukan dan eksistensi yang memiliki hak-hak sebagaimana anggota masyarakat lainnya. Dapat dikatakan bahwa keseluruhan pendukung pertama dakwah merupakan kaula muda. Umur Rasulullah sendiri baru menginjak 40an, sedangkan Abu Bakar lebih muda dua tahun. Maka tiada yang lebih tua dari Rasulullah kecuali Ubeida ibn Harits. Teror dan kekerasan Qureisy selanjutnya semakin menjadi-jadi, karena sudah tidak terbatas kepada Muhammad dan pengikutnya saja tetapi mencakup seluruh keluarga Abdul Mutthalib. Terjadilah boikot yang terkenal itu, di mana semua pihak yang mempunyai garis kekeluargaan dengan Rasulullah dikepung di kawasan yang dikuasai keluarga Abu Thalib. Seluruh jalur perdagangan ditutup dan tidak ada provide pangan. Kondisinya semakin menyedihkan saja ketika persediaan dan modal mereka terkikis dan terkonsumsi. Mereka terancam kelaparan karena boikot tersebut berjalan selama dua tahun. Jika bukan dengan campur-tangan al-Muth'am ibn Jubeir, seorang tokoh Qureisy, yang tidak setuju dengan kebijakan boikot, barangkali keluarga bani Hasyim dan Abdul Mutthalib akan punah. Pada itu kondisi kesehatan Khadijah juga semakin menurun. Selama perjuangan panjang yang membutuhkan ketabahan prima mendampingi suami telah mempengaruhi kesehatannya dan akhirnya wafat pada tahun ke-10. Pamannya, Abu Thalib yang bertambah tua juga menyusul pada tahun yang sama setelah dengan segala kemampuan yang dimiliki mendukung dan melindungi keponakannya, sekalipun tidak sempat menyatakan diri memeluk Islam. Rasulullah mendapatkan dirinya sebatang kara, tiada yang mengurus hidup keluarganya.
Kelahiran Nabi Muhammad bukan hanya sebuah peristiwa bersejarah, tetapi juga warisan abadi yang terus memberikan inspirasi bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia. Nabi Muhammad tidak hanya membangun peradaban yang kuat secara moral dan spiritual, tetapi juga mewariskan ajaran yang relevan sepanjang masa.
Bagi mereka kala itu, tidak mengapa Muhammad menyerukan agamanya karena masalah agama bukanlah persoalan selama TuhanTuhan dan leluhur mereka tidak dijelek-jelekkan, tetapi gengsi Qureisy enggan mengakui golongan lemah dan rendah, duduk sama posisi dengan pemuka masyarakat, bahkan menurutnya, mereka tidak berhak duduk di tempat tersebut. Kala itu belum digunakan istilah muslim, tetapi pengikut Muhammad (atba' Muhammad) atau al-Shabi' (yang meninggalkan agama warisan dan menerima agama baru). Sebagian orang Qureisy tidak dapat menerima adanya sesuatu yang dinamakan wahyu. Mereka memperolokkan pernyataan Muhammad kalau beliau mendapat wahyu dan mencemoohkan dengan ungkapanungkapan yang penuh ejekan seperti kata mereka "Bocah keluarga Abdul Mutthalib menganggap dirinya mendapat ilham dari langit". Pelaksanaan ibadah-ibadah pun masih terbatas pada waktu-waktu tertentu, yaitu sekali shalat di waktu pagi dan sekali di waktu petang dengan menekankan pentingnya shalat di waktu fajar. Istilah shalat pada dasarnya berarti do'a memohon rahmat Allah SWT. Dari pemantauan Rasulullah terhadap masyarakat Qureisy, beliau cukup optimistis bahwa banyak orang yang berkeinginan menerima dakwahnya. Namun terhambat oleh teror dan ancaman serta cemooh para penentang jika pertemuan antara pengikutnya dilakukan di tengah keramaian terutama karena sulit melakukan komunikasi. Tatkala beliau berhasrat mencari tempat yang sesuai, sahabat muda yang bernama al-Arqam ibn Abi al-Arqam menawarkan kediamannya yang terletak di jalur al-couch'. Rasulullah dengan senang hati menerima tawaran tersebut diikuti oleh para sahabat lainnya.
Kebijakan-kebijakan apakah gerangan yang ditempuh Rasulullah dalam melunakkan hati mereka yang sudah saling membenci sehingga dapat bersatu dalam satu ikatan persaudaraan yang dinamakan al-anshar? Bukankah kenyataan ini suatu bukti kehebatan Muhammad sebagai seorang pemberi petunjuk? Apakah dalam hal ini beliau perlu menggunakan konsep-konsep diplomasi atau politik ? Sungguh amat nyata bahwa tiada yang diandalkan oleh Rasulullah dalam mencapai semua itu kecuali kekuatan iman, kebesaran petunjuk dan kedalaman cintanya kepada manusia dan kepada kebaikan. Ironisnya, kedua golongan yang bermusuhan tersebut masing-masing datang ke Mekkah untuk memperoleh bantuan militer dari kaum Qureisy dalam rangka melanjutkan peperangan. Ketika salah satu kelompok-kelompok tersebut ditakdirkan bertemu dengan Rasulullah, mereka lantas tidak memikirkan perang lagi sebab ternyata Rasulullah membawa sesuatu yang belum pernah dikenal mereka, yakni cinta dan kedamaian. Dalam suatu pertemuan di quba', di kediaman sahabat Sa'd ibn Khaithama dan di hadapan Rasulullah, pemimpin Khazraj yang bernama As'advert ibn Zarara mengajak pemimpin kelompok Aous, Abu al-Haitham ibn al-Tihan untuk lebih memperkokoh perdamaian antara kedua golongan agar tidak terjadi lagi perselisihan untuk selama-lamanya. Bahwa semasa hidup Rasulullah perselisihan antara mereka tidak pernah muncul, memang merupakan kenyataan yang tak dapat dibantah, tetapi hal itu tidak berarti bahwa benih-benih perpecahan sudah hilang sama sekali mengingat faktor-faktor perselisihan tetap ada selama manusia hidup dan dalam bermasyarakat.
Kostantinopel (Turki) dengan membawa bendera kekasihnya, Rasulullah SAW. Ia tidak menyadari bahwa pelita kecil itu akan menerangi dunia. Kiranya mimpinya semacam ramalan akan kejadian masa datang. Kelak pada masa pemerintahan Sulaiman ibn Abd al-Malik, Abu Ayyub akan menemui ajalnya sebagai pahlawan syahid di perbatasan Konstantinopel. Oleh karena tidak ingin orang-orang Romawi menyentuh tubuhnya ia meminta pasukan kaum muslim menggiring kuda-kuda mereka melewati dan menginjak kuburnya berkali-kali (agar jejaknya hilang sama sekali) tetapi Tuhan menentukan yang lain karena pada masa pemerintahan Turki Ottoman kuburnya berhasil diidentifikasi dan dibangun di atasnya sebuah mesjid mewah yang berdiri tegak hingga kini. Di dalam mesjid itulah seluruh khalifah Ottoman dibai'at. Dari mesjid Abu Ayyub pula setiap pasukan Islam berangkat menuju istana-istana Istambul yang sudah menjadi kota Islam setelah dahulu pernah menjadi kota Kristen. Pujangga Perancis, Pierre Loti (1850 - 1923) sering berkunjung ke mesjid ini pada saat-saat sahur.
Penulisan Sirah pun dilakukan dengan semangat emosional. Hal ini terlihat pada formulasi mengambang dalam karya Abdul Malik ibn Hisyam yang menguraikan tulisan-tulisan Ibn Ishaq berdasarkan kecenderungan intelektual pribadi, sehingga yang dituangkan dalam riwayatnya hanya yang sejalan dengan kajian fiqh, sementara yang lain diabaikan meskipun dari sudut kajian sejarah justeru sangat penting. Oleh karena itulah maka Sirah versi Ibn Hisyam, yang kemudian menjadi standar penulisan sejarah Nabi pada masa-masa selanjutnya, tidak memiliki ketelitian, perbandingan, pengecekan berita dan pertalian peristiwa. Tidak heran jika penulisan Sirah selanjutnya menjadi ‘beku’ dan tidak inovatif karena hanya terbatas pada pembetulan nama dan tanggal peristiwa, penambahan paragraf berdasarkan hadis-hadis Nabi dan penjelasan syarh1. Dengan kata lain, pengkajian sejarah mengalami stagnasi, sehingga Sirah tidak lagi merupakan salah satu sarana untuk mengenal dan memahami Islam tetapi lebih sesuai sebagai bahan ceramah dan pidato. Kecenderungan fiqih yang sektarian disamping mengakibatkan formulasi Sirah yang mengambang, juga telah mengabaikan karya al-Waqidi, al-Magazy (Sejarah peperangan Rasulullah), demikian pula terjadi distorsi dalam karya Ibn Sa'd, al-thabaqat yang memuat biografi sejumlah perawi dari masa ke masa. Bahkan suatu karya tulis dalam bentuk ringkasan yang penuh kerancuan telah menggantikan posisi sumber-sumber asli tersebut. one
. Kisah dari perjalanan Nabi Muhammad observed dalam menyampaikan risalah keislaman tidak sekedar cerita yang menarik untuk disimak, tapi juga mampu menggerakkan hati kita untuk lebih mencintai beliau dengan segala kesempurnaannya.
Hal yang sama berlaku pada karya-karya sastrawan seperti Heikal, yang sekalipun dari sudut pandangan sejarah tidak ada nilainya namun sangat berguna untuk membangkitkan semangat keagamaan dan apresiasi sastra. Akan tetapi berhubung Sirah adalah sumber inspirasi dan dinamika agama maka perumusannya perlu menggabungkan ketepatan nalar dengan ketajaman rasa. Selanjutnya, mari kita menyimak beberapa paragraf dalam karya al-Waqidi saat menyinggung awal peristiwa perang Badr, agar jelas betapa pendekatan historis dapatmemperkaya suatu uraian peristiwa sejarah, bahkan menggiring pembacanya ikut menyaksikan dinamika dan realitas kehidupan di masa Rasulullah.
Yang terakhir ini yang dimaksudkan dalam pernyataan al-Qur'an. Jadi, Mekkah bukan merupakan lahan pertanian namun tidak berarti tiada tumbuh-tumbuhan sama sekali. Dengan demikian, kepergian Muhammad ke gua Hira tidaklah melalui jalan yang memotong padang tandus yang gersang tetapi berjalan naik turun bukit mengikuti jalur air di mana di samping kiri kanan terdapat pepohonan. Dan pada saat duduk di dalam gua beliau melayangkan pandangan ke arah pepohonan dan kehijauan yang membuat jiwa tenang sebelum memulai tahannuts atau zikir dan ibadahnya. Tiba saatnya menyimak apa yang terjadi di gua Hira saat turunya wahyu. Sebagaimana uraian Muhammad Husein Heikal tatkala Muhammad sedang tidur suatu hari di dalam gua Hira beliau kedatangan malaikat membawa suatu lembaran lalu menyuruhnya membaca, Muhammad menjawab: ‘apa yang aku baca?’ Terasa malaikat seakan mencekiknya kemudian melepaskan dan menyuruh lagi membaca yang dijawabnya seperti semula:’apa yang kubaca?’ Terasa malaikat seakan mencekiknya lagi kemudian melepaskan dan menyuruh membaca. Dijawabnya dalam keadaan takut untuk dicekik lagi: ‘apa yang aku baca?’ dan seterusnya.. Formulasi demikian, menurut hemat kami telah mengabaikan banyak nilai wahyu dan kebangkitan risalah Muhammad. Keseluruhan peristiwanya digambarkan terjadi pada saat tidur yakni mimpi. 34